Sabtu, 16 Januari 2010

PENYESALAN SANG MUBALIGH


Ini kisah tentang seorang mubaligh muda. Gayanya menyampaikan materi ceramah oke punya, gauul gitu lho!. Setiap kali ia berceramah, dipastikan jamaah yang hadir membludak. Pokoknya ia ustadz idola semua kalangan, dari yang muda sampai yang tua, anak-anak apalagi. Joke-joke yang dilemparkannya selalu bikin segar.
Suatu saat, ustadz muda kita diminta untuk mengisi ceramah di sebuah masjid di pemukiman mewah. Kebetulan masjidnya lagi dalam tahap renovasi. Jadi selain acara memperingati hari besar Islam, panitianya numpang pesan kalau itu acara sekaligus sebagai acara penggalangan dana. Siang sebelum acara, panitia telpon sang ustadz : " Begini tadz, saat ini kami kan sedang butuh dana untuk perbaikan masjid, jadi kami mohon nanti disinggung tentang fadhilahnya infak dan shadaqah jariyah."
" Oh..begitu, insya Allah nanti akan saya sampaikan," jawab mubaligh muda mengiyakan.
Singkat cerita, saat naik panggung, sang mubaligh muda dengan semangat menganjurkan jamaah untuk senantiasa bersikap ikhlas dalam melakukan kebaikan. Perbanyak shadaqah, infak, jangan medit, syukuri nikmat harta yang kita punya sebagai modal ibadah. Intinya harus rajin berderma.
"Tidak akan berkurang harta yang kita sedekahkan, melainkan bertambah dan bertambah. Kalau kita sedekah dengan ikhlas, maka Allah akan ganti dengan sepuluh kali lipat atau lebih. Tak ada yang jatuh miskin karena sedekah, dan tak ada yang sengsara karena beramal," ujar mubailgh muda nan kondang itu dengan berapi-api.
Begitu selesai ceramah dan mau pamitan pulang, panitia pun memberikan amplop kepada sang mubaligh. Amplop pun diterima. Tapi menimbang dan mengingat panitia lagi membutuhkan dana renovasi masjid yang tidak sedikit, maka tanpa pikir panjang lagi, mubaligh muda itu berkata kepada panitia, " Amplop sudah saya terima. Syukron katsiir. Tapi ini amplop saya serahkan kembali kepada panitia untuk kebutuhan pembangunan masjid ini."
Tentu saja panitia merasa senang sekali mendengar keikhlasan sang mubaligh muda. " Alhamdulillah, terima kasih ustadz, terima kasih," ungkap panitia itu penuh suka cita.
Selang beberapa menit, panitia mengeluarkan tanda terima sebagai bukti sang mubaligh muda menyumbang pembangunan masjid. Ketika melihat angkanya tertera 2 juta rupiah, sang ustadz agak semaput juga.
" Lumayan toh isinya. Tahu begitu, separuhnya saja yang saya sumbangkan,"ujar sang mubaligh sambil mengelus dada, lalu pamit ..undur diri.

Petik Hikmah

IKHLAS. Kata yang sangat ringan untuk diucapkan, namun terasa berat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kadang kita sendiri pun tak tahu apakah yang telah kita lakukan itu ikhlas atau tidak. Mungkin kita harus sering-sering untuk mempelajari ilmu ikhlas..dengan sesering mungkin membuka hati. Bukankah ikhlas itu perbuatan hati?


Medan... Menjelang asar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar